Pasar Banggi, tanggal 14 Desember 2024 dalam mengungkapkan rasa syukur atas khitanan anaknya Ali Topan telah mendatangkan rombongan Barongan (nanggap Barongan) dari Blora Jawa Tengah. Arak-arakan barongan tersebut berangkat dari rumah Ali Topan kemudian keliling desa Pasar Banggi dan menuju punden serta melakukan atraksi di Depan pendopo balai desa Pasar Banggi.
Ratusan orang berbondong-bondong ke balai desa Pasar Banggi untuk menyaksikan atraksi-atraksi dari rombongan barongan tersebut. Sudarji salah satu warga desa Pasar Banggi mengaku sangat terhibur dengan adanya atraksi barongan itu. Bahkan, beliau larut dalam kegembiraan dengan ikut mbeso dan memberikan saweran kepada para penari.
Agus Sutopo sebagai wakil keluarga menyampaikan bahwa acara ini sebagai bentuk rasa Syukur dan juga sebagai cara melestarikan kebudayaan adat istiadat Jawa serta bermaksud menjaga kearifan lokal.
Nanggap barongan adalah salah satu bagian dari kesenian barongan yang menyerupai singa besar atau singo barong. Singo barong adalah penguasa hutan angker yang sangat buas. Tokoh singo barong dalam cerita barongan disebut juga Gembong Amijoyo, yang berarti harimau besar yang berkuasa.
Barongan memiliki beberapa fungsi, di antaranya: Sebagai sarana pemenuhan kebutuhan estetis, Sebagai sarana ungkapan rasa syukur, Sebagai ritual ruwatan, Sebagai sarana integratif bagi sesama anggota masyarakat.
Barongan juga mencerminkan sifat-sifat kerakyatan seperti sifat keluargaan, kekompakan, dan keberanian yang dilandasi kebenaran